Belajar Mandiri Sejak Kecil di Lingkungan Pesantren

Santri berusia 8 tahun belajar mandiri di pesantren. (foto:Sellys)
  Nganjuk – Pondok Pesantren merupakan suatu tempat bagi mereka yang ingin mendalami ajaran agama Islam, selain itu di dalam lingkungan pesantren, santriwan serta santriwati yaitu sebutan bagi siswa-siswi yang berada di pesantren diajarkan untuk hidup mandiri sejak kecil. Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan Isyhar di Grompol Tanjungtani Prambon Nganjuk menyediakan dua jenis pendidikan, yaitu formal dan non formal, pendidikan formal pada pesantren ini berawal dari jenjang TK, SD sampai dengan jenjang SMA.

Menurut pengurus dari Pondok Pesantren tersebut, usia paling dini santrinya adalah berumur lima tahun. Bisa dibayangkan usia sekecil itu sudah berada jauh dari orang tuanya. Tidak tanggung-tanggung, mereka banyak yang berasal dari luar daerah serta luar pulau Jawa. Tidak sedikit juga mereka yang masih kecil dan baru memasuki pesantren tersebut menangis setiap malam karena banyak faktor penyebabnya, salah satunya adalah jauh dengan orang tua.

Benar saja mereka menangis, karena mereka masih sangat perlu perhatian khusus sepenuhnya dari orang tua, sedangkan pengurus pada Pondok Pesantren tidak begitu banyak jumlahnya.
“Dulu waktu awal-awal masuk, mereka menangis setiap malam, dan saya selalu tidur bersamanya untuk menenangkan mereka, tetapi lama-lama mereka terbiasa, jadi tidak menangis lagi”, jelas salah satu pengurus Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan Isyhar sambil menunjuk anak kecil-kecil sedang bermain di sudut pondok. Latar belakang orang tua yang bekerja menjadi pilihan mengirimkan anak mereka ke Pondok Pesantren, jelas pengurus Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan Isyhar.

Pada jenjang TK sampai SD kelas enam tidak diwajibkan untuk mencuci pakaiannya sendiri, tetapi pada masa menginjak kelas 4 mereka sudah diajarkan cara mencuci baju mereka sendiri, sehingga terserah mereka ingin mencuci baju sendiri atau dicucikan. Ajaran kemandirian pada seseorang sudah diajarkan sejak mereka kecil di Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan Isyhar ini, sehingga dapat tercipta bukan hanya seseorang yang pintar dalam hal pendidikan saja, tetapi juga dapat berperilaku mandiri yang matang. (Sellys Eka Raraswati/1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar