Pelayanan di Food Court Kediri Town Square (foto:Dadang) |
Sebuah
studi ilmiah yang dilakukan yang dilakukan Brian Wansink dari University of
Illinois, dengan menyelidiki dari counter
makanan cepat saji tersebut menarik orang untuk berkunjung dan makan direstorannya. Menurut Brian,
selain dari rasa lapar yang menyerang, alasan lain dari seseorang akhirnya
memutuskan makan di counter makanan cepat saji adalah karena terpancing oleh
gambar serta bagaimana pelayan dapat menarik dan memberikan pelayanan yang
maksimal terhadap pengunjung. Akhirnya, entah mengapa, rasa lapar akan
menyerang ketika melihat gambar dan teringat atas servis pelayan-an yang memuaskan.
Ketika sudah di dalam restoran,
pengunjung kembali dibuat agar memesan lebih banyak makanan. Caranya, pelayan
akan memberikan penawar-an beberapa paket yang menggiurkan dan
menarik apabila disbanding dengann counter makana cepat saji yang lain.
Contohnya, pelayan akan memberikan penawaran beberapa paket berukuran besar yang
dibandrol dengan harga cukup murah, bila dibanding seseorang membelinya secara
terpisah. Jika dilihat lagi jarang counter makanan cepat saji menawarkan
makanan berukuran kecil.
Faktor lainnya yang turut membuat
penggunjung nyaman berlama-lama dan enggan untuk keluar dari counter makanan cepat
saji adalah adannya televisi dan musik yang diputar. Kebanyakan lagu yang
diputar merupakan lagu slow, yang membuat orang betah duduk lama di counter
itu. Akibatnya orang tersebut pun menambah makanan atau minuman.
Melihat cara-cara yang diguna-kan diatas untuk menarik orang untuk lebih banyak makan
dianggap sebagai trik licik oleh Brian. Dia menuturkan bahwa, trik licik
seperti itu saat ini dianggap sah dan wajar.
“ Orang-orang bisa sangat
terpengaruh untuk makan lebih banyak ketika menginjakkan kaki di counter
makanan cepat saji. Ada berbagai cara yang dilakukan agar orang memesan lebih banyak makanan dan
sesering mungkin,” kata Brian seperti
dikutip laman Dailly Mail, (Selasa/14/1/2014).
Salah dri trik diatas yang sangat
penting adalah factor pelayan yang memenuhi kriteria perusahaan. Menjadi
pelayan di counter makanan cepat saji sudah menjadi suatu keharusan untuk
membuat tamu senyaman mungkin dan harus tau bagaimana caranya untuk
meningkatkan income dimana mereka bekerja.
Dari tuntutan itulah makanya timbul yang namanya fenomena karyawan “JALPOT”
alias jajal copot, artinya mereka hanya mau memenuhi tuntutan sebagai pelayan
karena alasan tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Hal itu juga dibenarkan
oleh narasumber kami, saudara Wahid, yang pernah selama tiga bulan bekerja
sebagai pelayan di counter makanan cepat saji di salah satu Mall ternama yang mengatakan, bahwa memang ada beberapa
pelayan yang baru masuk tapi cepat dicopot juga atau mengundurkan diri.
Padahal untuk bekerja dan
diterima menjadi pelayan di counter
tersebut tidaklah mudah ada beberapa criteria
yang harus dipenuhi contohnya harus good looking, semangat bekerja dan
harus berpengalaman pada bagian-bagian tertentu.
Menurut Wahid adanya jalpot ini efek
dari beberapa faktor dari internal maupun eksternal, antara lain gaji belum
bisa mencukupi kebutuhan, sulit mengsingkronisasikan dengan jadwal kegiatan
lain, banyak melalukan kesalahan ketika bekerja, kurang nyaman dengan
lingkungan kerja baik dari segi teman maupun sarana, jam kerja 12 jam dengan
masa istirahat hanya 2-3 jam dan tidak nyaman dengan sikap pimpinan.
Kebanyakan pelayan counter yang
terkena jalpot adalah pelayan yang masih mempunyai kesibukan lain seperti
kuliah. Mereka bekerja sebaga pelayan counter makanan siap saji karena untuk
mengisi waktu luang. Salah satunya narasumber kami ini masih menempuh kuliah di
salah satu kampus swasta di Kota Kediri. Menurutnya, waktu itu dia keluar karena
lebih prioritas kepada pendidikan kuliahnya, sehingga dia sulit untuk
menyesuaikan waktu bekerja dengan jadwal kuliahnya. Sedangkan dia harus
memenuhi tuntutan jam keja 12 jam sehari dengan waktu istirahat hanya 2-3 jam.
Menurutnya hal itulah yang membuatnya sulit bertahan di tempat itu. Dan apabila
diteruskan gajinya akan berkurang secara signifikan karena setiap jam kerja
yang dihilangkan untuk kesibukan lain.
Inilah yang menjadi
problem menjamurnya fenomena jalpot. Tetapi ada beberapa cara atau tips yang
mungkin bisa berguna bagi para pekerja yang beminat menjadi pelayan counter
makanan siap saji agar tidak jalpot adalah pertama pikirkan secara matang
kertika memutuskankan mengambil pekerjaan itu, kemudian juga para pemilik
counter makanan sipa saji juga harus memperhatikan sedikit banyak kebutuhan dan
keluhan para pekerja, dan yang terakhir pada pihak pemerintah agar dapat
memberikan aturan yang jelas yang mengatur tentang para pekerja counter makanan
siap saji agar lebih bisa memanusiakan para pelayan counter serta juga tidak merugikan para pelaku bisnis
counter makanan siap saji. (Dadang K./0035/1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar