Nyadran di Klagen: Tradisi Guyub Rukun



Suasana guyub rukun dalam peringatan nyadran (bersih desa) warga Klagen

NGANJUK – Warga desa Klagen, kecamatan Rejoso, kabupaten Nganjuk, Jawa Timur memiliki tradisi unik dalam rangka bersih desa. Mereka berkumpul bersama di pendopo balai desa untuk berdoa dan kenduri. Tradisi itu biasa disebut nyadran atau sadranan, Sabtu (26/4/2014).
 
Sejak malam pukul 19.00 WIB warga yang terdiri dari anak-anak hingga dewasa berkumpul menggelar tikar serta membawa ubo rampe (perangkat upacara) di pendopo. Acara dimulai dengan doa bersama (tahlil) yang dipimpin oleh Suratmin, Bayan desa Klagen.
 
Ia menceritakan, tradisi nyadran sudah dilakukan secara turun temurun dalam ragka bersih desa Biasanya dilangsungkan pada bulan April, setelah panen padi yang pertama. Tradisi ini juga sebagai ungkapan syukur atas berkah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
 
Menurut sejarah, nyadran atau sadranan berasal dari kata sodrun yang artinya gila/tidak waras. Pada masa sebelum datangnya Walisanga, masyarakat di Pulau Jawa banyak yang masih menyembah pohon, batu bahkan binatang, dan itu dianggap tidak waras. Ketika itu mereka menyembah sambil membawa sesaji berupa makanan dan membaca mantra-mantra.
 
Kemudian datang para Walisanga yang meluruskan bahwa ajaran mereka salah, yang wajib disembah hanya Allah SWT. Mantra-mantra yang dibaca lantas diganti dengan doa-doa menurut ajaran Islam. Sedangkan sesaji diganti berupa makanan yang bisa dimakan oleh masyarakat.
 
"Usai berdoa, masyarakat melakukan kenduri atau makan bersama. Setiap keluarga membawa makanan sendiri. Biasanya berupa makanan khas tradisonal, seperti opor ayam kampung (ingkung), urap sayur, sambal goreng, rempah, perkedel dan lain sebagainya. Semua warga membaur jadi satu, tak ada jarak satu sama lain." tutur Suratmin.
 
"Kenduri mempunyai maksud guyub atau kerukunan, pada kesempatan ini kita bisa kumpul bersama warga seluruh kampung, tidak ada beda antara yang kaya maupun miskin," tambah Suratmin.
Pada acara kenduri itu terlihat kerukunan antar warga. Mereka saling tukar-menukar makanan, bersenda gurau dan ajang melepas rindu dengan sanak keluarga yang pulang dari perantauannya. (Wahydari S/0183/KKN2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar