Perjalanan
yang begi tujauh dan melelahkan,
jalan yang berkelok-kelok setelah sampai di desa yang saya tuju. Saya melihat didesa ini sangat sejuk, terasasejuk di hati. Saya melihat disebrang jalan ada sebuah punden [makamtua] yang di kramatkan oleh masyarakat desa setempat. Konon sejarahnya punden itu adalah pesemayanan terakhir yang bernama Ki Ageng Keniten, beliau adalah seseorang
yang babat didesa Mojoseto. Dari ceritamasyarakatdesa Mojoseto ada seorang senopati
yang sedang kehausan saat melintasi disebuah jalan melihat pohon yang berbuah. Senopati mengira buah itu banyak mengandung
air yang ternyata buah itu rasanya pahit, karena beliau kehausan tetap di makan.Lalu beliau berkata
“rame-ramene jaman desa iki tak jenengne Mojoseto” [bila jaman susah makmur desa ini saya beri nama Mojoseto]. Maka desa ini bernama Mojoseto,
setelah beliau meninggal dan di kubur di desa itu, setiap bulan dalam hitungan jawa yaitu Bulan Besar.
Punden [makam] Ki Ageng Kiniten di adakan upacara Nyadran. Acara itu di lakukan pada hari Jumat Pahing/Rabu Pahing jam 8 pagi, dan ada wayang kayu semalam suntuk. Acara ini juga
di datangi oleh Bapak Bupati Nganjuk dan juga Bapak Camat, acara sangat rame tidak hanya masyarakat di sekitar situ saja yang datang tapi dari luar desa juga banyak yang datang. Bila ingin dating dan melihat pada Bulan Besar hari Jumat Pahing atau Rabu Pahing setiap 1 windu sekali (8 tahun sekali). (Isroah/0204/KKN2)
seru juga kisahnya.tp msh banyak lho kisah yg lain.thank's atas muatan beritanya
BalasHapussayang tulisan kurang bisa di buktikan,krn tidak mencantumkan pustaka atau sumber dari mana,krn msh ada wilayah yang ada makam ki ageng keniten di daerah tanjung anom nagnjuk.yg lebih bisa di pertanggung jawabkan,mulai dari tempat,situs,nama tempat,dan buku atau reverensi yg lebih kuat.tolong di pertimbangkan.
BalasHapusAlamat tepat nya di daerah mana ya?
BalasHapus